Vitamin B12

Senin, 28 November 2011

Sejarah
Anemia Pernisiosa pertama kali dijelaskan oleh Thomas Addison (1855) di Amerika Serikat, sebagai penyakit yang awalnya tidak terlihat dan diderita manusia pada usia setengah tua atau tua. Murot dan Murphy pada tahun 1926 mendapat nobel karena temuannya bahwa anemia pernisiosa adalah penyakit ganggan gizi yang dapat disembuhkan dengan pemberian makanan yag mengandung 100-200 gram hati sapi. Temuan ini dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak hati dalam larutan air, yang bila diberikan melalui suntikan ternyata dapat menyembuhkan penyakit ini. Ditemukan pula bahwa anemia pernisiosa mempunyai hubungan erat dengan kekurangan cairan lambung. Castle (1941) kemudian dapat menyembuhkan penyakit anemia pernisiosa dengan memberikan pasien daging sapi melalui mulut yang dinamakan faktor ekstrinsik, bersamaan dengan cairan lambung manusia yang mengandung faktor intrinsic. Faktor ekstrinsik vitamin B12 kemudian dapat diisolasi dari hati oleh Rickes dan kawan-kawan (1948) dari Amerika Serikat dan kelompok dari Inggris Smith dan Parker (1948). Penjelasan Castle tentang peranan sentral lambung dalam absorpsi vitamin B12 kemudian berlanjut dengan keberhasilan Grasbeck dan kawan-kawan (1966) mengisolasi fakor intrinsik, suatu glikoprotein yang dikeluarkan sel-sel mukosa lambung.
Sifat Kimia dan Kestabilan
Vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin mirip-porfirin seperti hem, yang megandung kobalt serta terkait pada ribosa dan asam folat. Bentuk sintetik siano-kobalamin, terdapat dalam jumlah sedikit dalam makanan dan jaringan tubuh. Bentuk utama vitamin B12 dalam makanan adalah 5-deoksiadenosilkobalamin, metilkobalamin dan hidroksokabalamin.
Vitamin B12 adalah kristal meah yang larut dalam air. Warna merah karen kehadiran kobalt. Vitamin B12 secara  perlahan rusak oleh asam encer, alkali, cahaya, dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. Pada pemanasan, kurang lebih 70% vitamin B12 dapat dipertahankan. Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dan karena itu diproduksi secara komersial dari fermentasi bakteri.
Absorpsi, Transportasi dan Penyimpanan
Dalam keadaan normal sebanyak kurang lebih 70% vitamin B12 yang dikonsumsi dapat diabsorpsi. Angka ini menurun hingga 10% pada konsumsi melebihi lima kali Angka Kecukupan Gizi (AKG). Dalam lambung kobalamin dibebaskan dari ikatannya dengan protein oleh cairan lambung dan pepsin, kemudian segera diikat oleh protein-protein khusus (faktor R/rapid elecrophpretic mobility) dalam lambung. Vitamin B12 dilepas dari faktor R di dalam duedonum yang bersuasana alkali, oleh enzim-enzim protease pancreas terutama tripsin untuk segera diikat oleh faktor intrinsik (IF). Kompleks vitamin B12-IF ini kemudian diikat oleh reseptor khusus pada membran mikrovili ileum usus halus dan diabsorpsi. Di dalam sel mukosa usus halus vitamin B12 dilepas dan dipindahkan ke protein lain (transkobalamin II atau TC-2) untuk kemudian dibawa ke hati.  
Proses absorpsi, dimulai dari konsumsi ke penampilan vitamin B12 dalam vena porta memakan waktu 8-12 jam. Vitamin B12 yang terikat pada TC-2 kemudian dibawa ke jaringan-jaringan tubuh oleh resptor-reseptor khusus.
Lebih 95% dari vitamin B12 di dalam sel berada dalam keadaan terikat pada enzim metionin sintetase yang ada dalam sitoplasma sel atau pada enzim metilmalonil-KoA mutase yang terdapat dalam mitokondria sel. Persediaan vitamin B12 dalam tubuh adalah 2-3 mg dan sebanyak 1,2-1,3 µg sehari dieksresi melalui feses dan urin. Tubuh hemat dalam penggunaan vitamin B12. Vitamin B12 yang terdapat di dalam cairan empedu dan sekresi saluran cerna lain disalurkan kembali melalui sirkulasi entero hepatic. Dengan demikian, simpanan vitamin B12 dapat bertahan hingga sepuluh tahun. Kekurangan konsumsi vitamin B12 baru menunjukkan tanda-tanda setelah sepuluh tahun, asalkan persediaan tubuh cukup dan kemampuan absorpsi tidak terganggu. Bila absorpsi vitamin B12 dalam saluran cerna terganggu karena kekurangan faktor intrinsik, akibatnya baru terlihat setelah empat hingga sepuluh tahun.
Fungsi
Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf. Vitamin B12 merupakan kofaktor dua jenis enzim pada manusia, yaitu metionin sintetase dan metalmalonil-KoA mutase.
Reaksi metionin sintetase melibatkan asam folat. Gugus metil 5-metil tetrahidrofolat (5-metil-H4 folat) dipindahkan ke kobalamin untuk membentuk metilkobalamin yang kemudian memberikan gugus metal ke homosistein. Produk akhir adalah metionin, kobalamin, H4 folat yang dibutuhkan dalam pembentukan poliglutamil folat dan 5,10-metil-H4 folat, yang merupakan kofaktor timidilat sintetase dan akhirnya untuk sintetase DNA. Terjadinya anemia megaloblastik pada kekurangan vitamin B12 dan folat terletak pada peranan vitamin B12 dalam reaksi yang dipengaruhi oleh metionin sintetase ini.
Reaksi metilmalonil-KoA mutase terjadi dalam mitokondria sel dan menggunakan deoksiadenokobalamin sebagai kofaktor. Reaksi ini mengubah metilmalonil-KoA menjadi suksinil-KoA. Reaksi-reaksi ini diperlukan untuk degradasi asam propionat dan asam lemak rantai ganjil terutama dalam sistem saraf. Diduga gangguan saraf pada kekurangan vitamin B12 disebabkan oleh gangguan aktivitas enzim ini.
Angka Kecukupan Kobalamin yang Dianjurkan
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin B12 hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 adalah seperti dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
        
Sumber
Semua vitamin B12 alami diperoleh sebagai hasil sintesis bakteri, fungi ata ganggang. Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang memperolehnya dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, seperti hati, ginjal, disusul oleh telur, susu, ikan, keju dan daging. Vitamin B12 dalam sayuran ada bila terjadi pembusukan atau pada sintesis bakteri. Vitamin B12 yang terjadi melalui sintesis bakteri pada manusia tidak dapat diabsorpsi karena sintesis terjadi di dalam kolon. Bentuk vitamin B12 dalam makanan terutama sebagai 5-deoksiadenosil dan hidroksikobalamin, sedikit sebagai metilkobalamin dan sedikit sekali sebagai sianokobalamin. Kandungan vitamin B12 beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Akibat Kekurangan
Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena kekurangan dalam makanan, akan tetapi bagian besar sebagai akibat penyakit saluran cerna  atau pada gangguan absorpsi dan transportasi. Karena vitamin B12 dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia karena kekurangan folat. Anemia pernisiosa terjadi pada atrofi/lisut-nya lambung yang menyebabkan berkurangnya sekresi faktor intrinsik. Separuh dari kejadian ini bersifat keturunan dan selebihnya karena proses menua (usia sesudah 40 tahun) dengan meningkatnya proses atrofi jaringan tubuh.
Kekurangan vitamin B12 menimbulkan dua jenis sindroma. Gangguan sintesis DNA menyebabkan gangguan perkembangbiakan sel-sel, terutama sel-sel yang cepat membelah. Sel-sel membesar (megaloblastosis), terutama pada sel-sel darah merah dalam sumsum tulang dan sel-sel penyerap pada permukaan usus. Megaloblastosis menyebabkan anemia megaloblastik, glositis, serta gangguan saluran cerna berupa gangguan absorpsi dan rasa lemah.
Sindroma kedua berupa gangguan saraf yang menunjukkan degenerasi otak, saraf mata, saraf tulang belakang dan saraf perifer. Tanda-tandanya adalah mati rasa, semutan, kaki terasa panas, kaku dan rasa lemah pada kaki. Kekurangan vitamin B12 lebih banyak terjadi pada orang tua karena makan yang tidak teratur.
Akibat Kelebihan
Tidak diketahui adanya gangguan karena kelebihan vitamin B12. Dosis hingga 1000 µg tidak menampakkan bahaya, tetapi juga tidak menunjukkan kegunaan. Penganut vegetarisme dianjurkan memakan suplemen multivitamin yang mengandung vitamin B12.   

Sumber: Prinsip Ilmu Gizi Dasar karangan Sunita Almatsier
    

 
Happy Apple